STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Kamis, Maret 31, 2011

SUSAHNYA MENCARI PEMBANTU Sudah beberapa bulan ini hunting kesana kemari baik teman maupun saudara di Solo, di kreta, tetangga di Jakarta, teman - teman sekolah maupun beberapa kenalan yg kumiliki, ternyata sangat susah untuk mencari pembantu untuk masa sekarang. Adapun jawaban yang mereka kemukakan adalah bahwa menjadi pembantu saat ini bukanlah profesi yang diinginkan, walaupun kita dengar di dengungkan TKI kita di luar negeri yg bekerja sebagai PRT sangat banyak ribuan dan mungkin ratusan ribu berlomba-lomba untuk meraihnya walau dengan perjuangan yang mungkin bisa menghilangkan harta dan nyawa mereka baik sebelum berangkat ataupun ketika mereka sudah bekerja disana. Umumnya anak sekarang setelah sekolah mendambakan pekerjaan di pabrik ataupun menjadi penjaga toko yang resikonya rendah, badan bersih, dan kelihatan lebih mengangkat derajat mereka. Mungkin ini menandakan bahwa kehidupan orang sekarang sudah lebih mapan, dan sangat sedikit yang berada di bawah kemiskinan. Dikarenakan untuk kebutuhan makan sepertinya sudah bisa mereka penuhi, bahkan beberapa kebutuhan tersier sekarang mjd kebutuhan primer dan sudah mereka miliki apakah itu berupa TV, Tape, DVD, VCD, MP3, HP ataupun berbagai peralatan komunikasi dan juga Motor sudah menjadi keharusan yang dimiliki oleh rumah tangga yang sederhana maupun sangat sederhana. Coba kita tengok di kamar-kamar disudut-sudut perkotaan miskin, akan kita lihat dan dengarkan televisi sudah nangkring dan gampang kita temui dikamar-kamar yang mungkin kurang layak tersebut. Bahkan sepeda motorpun dari jenis dan tahun nya tidak ketinggalan jaman. Jaman memang sudah berubah dan mass produk baik yang mahal maupun murah memang sudah membanjiri ke sudut-sudut kehidupan, dan orang yang menurut kita kurangpun mereka sdh bisa menikmatinya. Jadi mungkin definisi kemiskinan mungkin perlu diganti, bukan lagi bisa memenuhi kebutuhan makan tetapi juga peralatan yang dimiliki. Kalo orang kaya bisa bergaya dan menampilkan apa yang mereka punya, kaum yang lainpun berhak untuk mengikutinya. Orientasi kehidupan memang sudah berubah, kadang yang penting dianggap kurang penting dan yang kurang penting menjadi hal yang sangat dibutuhkan dan dinomorsatukan. Sekolah anak bisa nomor berapa dari pada TV, motor maupun handset yang dimiliki, lebih baik mereka punya sesuatu yang dibanggakan daripada anaknya menjadi pintar, dikarenakan banyak yang beranggapan sekolah bukan jaminan mereka menjadi lebih baik hidupnya, bahkan seringkali lulusan sekolah hanya bisa teori dan tidak bisa menghadapi kehidupan yang nyata, dalam sekolah yang dibutuhkan hanya bisa baca, menulis dan berhitung saja sudah cukup untuk menaikan taraf hidup mereka. \

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda