STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Sabtu, Mei 05, 2007

PENDIDIKAN - KEMISKINAN - KEBUSUKAN

Muhammad Yunus advice :
Lembaga – lembaga pendidikan yang ada sekarang ini menciptakan kesenjangan siswa dengan kenyataan hidup sehari-hari. Kami, profesor universitas semuanya pintar, tetapi kami sama sekali tidak tahu mengenai kemiskinan di sekitar kami. Ketika banyak orang yang sekarat di jalan-jalan karena kelaparan, saya justru sedang mengajarkan teori-teori ekonomi yang elegan.

Muhammad Yunus ingin mengajari siswa-siswa bagaimana memahami kehidupan seorang miskin, bagaimana mereka harus bertahan hidup, bagaimana menyiasati, berjuang dengan segala cara agar eksistensi hidup mereka tetap terjaga. Yunus berharap dapat mempelajari kemiskinan dari jarak dekat, agar mampu memahaminya dengan dekat.

Konsep yang ada sekarang dan ditawarkan kepada siswa baru sebatas teori ekonomi – teori ekonomi yang diciptakan kaum kapitalis yang hanya untuk kepentingan Negara-negara utara yang maju tersebut dan mempertahankan dominasi mereka terhadap dunia ketiga. Fasilitas pendidikan, universitas-universitas berdiri dengan megah ditengah-tengah masyarakat kita dan saat kita keluar tidak mampu mengurai permasalahan yang ada di depan mata mereka tetapi sebatas berteori dan cenderung menggurui. Sehingga mereka cenderung arogan, karena memandang dari kacamata teori – teori barat yang buram melihat kemiskinan dan memandang dari jarak yang sangat jauh dan produk yang dihasilkan adalah SDM dan pemimpin yang miskin nurani.
Mereka berusaha untuk mempertahankan comfort zone, kenyamanan, menikmati hidup, berkutat dengan permasalahan-permasalahan intern hidup mereka sendiri dengan bermegah-megahan, bermewah-mewahan, shopping-shopping di mall-mall yang kian berderet dan mematikan banyak usaha kecil dan pasar-pasar tradisional yang kumuh, becek yang sekarang ditinggalkan karena tidak lagi membikin mereka nyaman. Merekapun menciptakan lembaga-lembaga pendidikan yang menciptakan generasi yang akan meneruskan kemampuan mereka, jabatan mereka dan alih-alih tidak ada distribusi pemerataan kekayaan.Kalau istilah Qur’annya kekayaan hanya berputar diantara mereka saja, inipun sudah terjadi pada masa sebelum Nabi dimana yang terjadi adanya penguasa-penguasa suku yang dominan dan menguasai perdagangan sedangkan banyak sekali suku-suku yang hidup serba kekurangan.

(Ziswaf Republika, Jumat 04 Mei 07, Jumatan Masjid Assuada Jatinegara Kaum, disarikan di Pulogadung pagi setelah subuhan diantara keresahan-keresahan hidup yang masih selalu menyelimuti, dibawah suasana mendung menanti turunnya rahmat, hujan yang mampu membasahi dan menghilangkan resah, galau, kemiskinan, kebodohan, penderitaan yang selalu mendera di bumi Indonesia ini)

Pungutan, pajak, upeti yang membebani rakyat, pengusaha, dan jiwa-jiwa yang dililit berbagai permasalahan di negeri ini dengan sangat mudah selalu mereka pungut, harus kita setorkan dengan dalih untuk pembangunan. Sedangkan permasalahan riil yang kita hadapi betapa susahnya untuk mendapatkan sedikit keuntungan dengan menjalankan efisiensi di berbagai cost, dan umumnya akhirnya yang ditekan dari sisi karyawan yaitu upah, sulitnya mendapatkan kredit usaha untuk meningkatkan usaha, besarnya bunga yang harus dibayarkan kepada rentenir-rentenir kapitalis yang memiliki dana dan permodalan yang memang harus menelan pil pahit itu, yang kecil senantiasa tertindas, terlukai oleh mereka yang berkapital.
Masih saja dengan administrasi, tata cara, sosialiasasi, yang berbelit-belit yang menyusuhkan, bahkan kalau telat, salahpun harus menanggung denda administrasi. Sungguh sangat memberatkan si kecil semakin menggerus permodalan si kecil, dan tentunya akan makin mempertebal kocek saku sang capital.

Dan ketika ada permasalahan di bawah, di level rakyat, pengusaha, warga Negara begitu susahnya mereka untuk menggelontorkan dananya demi kesejahteraan, alih-alih begitu malahan kucuran dana disendat-sendat, di sunat sana sini dengan alasan administrasi, dengan alasan ini itu yang akhirnya permasalahan yang terselesaikan hanya partial saja dan tak pernah tuntas. Layanan public bukannya melayani tetapi seringkali minta dilayani dan minta dihormati sebagai pejabat, sebagai aparat Negara yang berhak atas bumi ini.

Sebagai rakyat yang kita mampu hanya berkelit, bersiasat, berstrategi agar bagaimana tetap berjalan, berusaha dan terus berjuang demi kelangsungan hidup dan usaha.
Maju terus pantang mundur dan terus cari celah agar Negara dan aparat tidak semena – mena dan mudah mengatur, memungut, menjajah kita dengan siasat licik mereka.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda