STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Sabtu, Juli 14, 2007

PERGULATAN TEOLOGIS

Yang kurasakan ketika diruang-ruang masjid sepertinya sesuatu yang mengharuskan kita acuh dengan jamaah sekitar kita dan seperti orang asing diantara kaum Muslim sendiri yang katanya sebagai saudara yang apabila salah satu anggota badannya sakit maka sakit semua badan ini.

Seolah-olah kita yang paling suci dihadapan Tuhan, seolah-olah kita yang benar di mata Tuhan, seolah-olah hanya diri kita yang memiliki Tuhan orang lain yang beda terserah.

Padahal ajakan sholat berjamaah adalah suatu ajakan yang bagus dimana adanya konsep kejamaahan / kebersamaan yang artinya ajakan secara bersama – sama untuk tujuan suci menuju puncak kebersamaan antara makhluk dengan Allah sang pencipta dan tentunya kita harus toleran, harus santun, saling interaksi dan tentunya saling menyapa diantara jama’ah. Dan dihadapan Allahpun kita sebagai makhluknya sama tak ada yang diistimewakan kecuali ketakwaan yang kita tak tahu mana ibadah diantara jamaah itu yang diterima. Sebagai suatu jamaah saling melengkapi, saling meluruskan, saling bahu membahu menuju pencapaian puncak ketakwaan.

Tegur sapa, ramah tamah, silaturahmi kayaknya sudah jauh dari lingkungan masjid kita tetapi sifat egois dari diri senantiasa di kedepankan. Apakah dengan sorban, peci, sarung, baju, dan asesoris-asesoris yang kita kenakan bisa membawa kita menjadi paling takwa. Habis pulang dari masjid kesan dengan anggota jamaah lainnya sangat kurang, atau mungkin diri ini yang memang kurang ramah atau kurang menyapa diantara jamaah lain karena mungkin beda gerakan sholatnya, beda bacaan sholatnya, beda ushollinya, beda qunutnya.

Yang aku pahami setelah dari tempat suci, ibadah suci dimulai dengan niat yang suci dengan kondisi baju yang suci, dengan badan yang suci pokoknya semua serba suci tersebut bekas / aura sujud, ruku’ dan semua aktivitas yang kita lakukan ketika sholat itu kita bawa ke dalam keseharian kita ketika berjumpa dengan orang-orang disekitar kita, dengan lingkungan, dengan makhluk hidup disekitar kita bukannya menjadikan kita acuh dan egois. Ketika takbiratul ikhram kita kumandangkan kita baca dengan teguh ini sebagai persaksian kita bahwa hanya Allah yang Maha Besar, kita sebagai makluk adalah sangat kecil coba kita perhatikan kita ini hanya seberapa juta / miliar orang di dunia, seberapa triliun atau jumlah yang tak terhingga dari atom-atom atau makhluk Allah yang lainnya. Kita ini sangatlah kecil dan terlalu kecil untuk menyombongkan diri, terlalu kecil untuk egois dan acuh terhadap makhluk Allah lainnya.

MAHA BESAR ALLAH DAN BETAPA KECIL KITA MANUSIA YANG BERASAL DARI AIR YANG HINA YANG BUTUH ORANG LAIN BUTUH ALAT LAIN BUTUH UDARA BUTUH MAKAN BUTUH MINUM BUTUH KENDARAAN BUTUH RUMAH BUTUH BAJU BUTUH EKSISTENSI BUTUH PENGAKUAN BUTUH PEKERJAAN BUTUH UANG DAN SEMUA KEBUTUHAN LAIN YANG MENUNJUKKAN BETAPA LEMAHNYA KITA INI

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda