STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Minggu, Agustus 26, 2007

ILMU DAN PEMBELAJARAN

Perintah Allah pertama kali S. Al Alaq 1-5 yaitu perintah IQRA’ (Bacalah) kepada Nabi sangat bermakna dalam sekali. Hal ini menyatakan pentingnya ilmu, pendidikan, belajar bagi manusia di dalam hidupnya. Mengapa sampai Allah memerintahkan demikian memang karena dari ilmu manusia bisa mengetahui berbagia macam hal, sejak bayi saja anak belajar untuk menyesuaikan dengan lingkungan sekitarnya, mulai belajar menyusui, makan, merangkak kemudian berjalan dan ini akan terus berlanjut dengan pembelajaran-pembelajaran berikutnya.

Sebenarnya belajar adalah fitrah dari manusia dimana manusia ingin tahu apa yang belum dia ketahuinya, dan setiap manusia telah melakukannya tapi hal ini tidak disadari dan tentunya tiap orang kadarnya berbeda-beda dalam memahami arti pentingnya ilmu tersebut.
Pendidikan dalam hal ini pendidikan formal penting dilakukan untuk membekali diri kita minimal ilmu untuk membaca, menulis dan berhitung yang dapat digunakan sebagai sarana dirinya untuk menjalani hidup, dan tentunya diperlukan ilmu-ilmu yang lain agar dirinya mampu mengikuti perjalanan hidupnya yang terus update dan lingkungan yang selalu berubah setiap waktu. Tidak hanya belajar secara formal saja yang diperlukan, tetapi juga belajar dari alam sekitar kita dan keadaan yang mengelilingi diri kita yang sangat diperlukan dalam menghadapi hidup ini. Karena situasi dan kondisi di sekitar kita inipun harus dipelajari dan kita tidak boleh cuek saja karena kita memang hidup berada di dalamnya kita tidak bisa tidak harus tahu apa yang ada di sekitar kita tersebut. Banyak orang yang sukses justru karena dia banyak belajar dari sekitarnya, dia bisa membaca situasi yang ada dan kemudian menerjemahkannya sehingga ia dapat bermanfaat dan berperan di masyarakat sekitarnya dan tentunya dirinya juga akan mendapat implikasi dan kompensasi dari semua itu. Lihat HAMKA seorang autodidak yang banyak belajar dari sekitar dan dia terus mau belajar, OM LIM pendidikan formal apa yang dia sempat lalui tetapi karena memang dia mampu belajar dari keadaan sekitarnya dan dia mampu untuk membaca dan akhirnya diapun berhasil dalam bisnisnya dan ibroh kita Nabi SAW pun seorang ummi, tetapi karena kemauannya yang kuat disertai bimbingan Allah maka dirinya menjadi manusia yang menjadi teladan di muka bumi ini dan diakui sebagai agen of change bagi peradaban di seluruh dunia ini.

Kalau kita lihat disekitar kita bos saya yang hanya tamatan SMA dari cerita yang saya dapatkan melihat kondisi keluarga dan sekitarnya yang terbatas dan karena kemauan untuk berubah lebih baik dan mampu belajar dari pengalaman, pekerjaan-pekerjaan sebelumnya menjadikannya dirinya memanage dan membawahi anak buahnya. Ada lagi beberapa staf yang justru dari lulusan S1 maupun S2 yang pernah bekerja , justru mereka karena terlalu mengandalkan pendidikan formal yang terlalu teoritis dan kurang bisa menerjemahkan situasi yang ada bisa kita lihat perbedaannya tersebut. Kemudian dari staf-staf yang lain yang juga lulus SMA atau SMP pola pikirnya pun sangat kelihatan banget mana yang mau belajar dan mana yang tidak, bila seseorang mempunyai keinginan belajar yang tinggi dan tidak malu untuk bertanya dan terus menambah pengetahuannya akan sangat berbeda dengan orang yang hanya menunggu dan tidak memberikan sesuatu yang lebih yang diimiliki dirinya akhirnya akan merugikan dirinya sendiri dan akhirnya tentu ketika terjadi rasionalisasi pihak pertama yang terkena dampaknya orang-orang ini yang memang tidak bisa membaca dan belajar dari sekitarnya.

Dalam hidup-un begitu, seringkali dalam menghadapi persoalan hidup karena dia kurang membaca dari sumber yang ada kalau diri kita sebagai Muslim tentunya Al Qur’an dan Sunnah dia ujung-ujungnya mencari solusi yang berasal dari luar. Bagaimana dia mau tahu aturan-aturan hidup, sejarah-sejarah orang dahulu, ataupun mengenai segala sesuatu yang ada di dalam Al Qur’an dan Sunnah tetapi karena memang kita kurang atau tidak mau belajar dari sumber-sumber tersebut akhirnya bersolusi diluar itu dengan jalan melakukan eksperimen-eksperimen pemecahan masalah atau melakukan tindakan yang tanpa dasar yang akhirnya bisa mencelakakan dirinya sendiri. Tentunya hal ini dikarenakan memang diri kita yang malas, atau merasa sudah cukup dengan yang kita miliki padahal ilmu Allah itu sangat luas dan tidak ada habis-habisnya kalau ditulis dengan tinta sebanyak air di samudra.

Sebagai contoh di kantor ketika mendengar keluhan rekan-rekan atau saudara-saudara bisa kita lihat ketika mengalami masalah keluarga karena kurang belajar banyak dari Al Qur’an yang sebenarnya sudah memberikan resep-resep dan aturan-aturan dalam kehidupan berkeluarga akhirnya curhat sana curhat sini, gossip sana gossip sini, atau melakukan tindakan yang menurut ilmunya yang ada di dalam Qur’an hal tersebut kurang benar dan akhirnya karena ketidaktahuannya tersebut bukannya permasalahan teratasi tetapi malah membebani dirinya apakah itu tentang hubungan suami istri, pendidikan anak, kewajiban dalam rumah tangga, ataupun sisi – sisi lain dari kehidupan ini.

Tuk itu marilah kita selalu belajar dan belajar dari sejak berada di buaian sampai ke dalam liang lahat, belajar dari siapapun dan dalam kondisi apapun. AFALA TA’LAMUN, AFALA TATAFAKKARUN

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda