STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Selasa, Juni 12, 2007

FESTIVAL ISTIQLAL & KESATUAN UMMAT

Kemarin main ke Festival Istiqlal yang berakhir 13 Juni nanti kesan yang diperoleh kurang menarik dan memikat bagi pengunjungnya. Dari jumlah peserta dirasa kurang karena tidak diikuti oleh semua kerajaan dan masjid-masjid besar yang ada di Indonesia, hal ini dimungkinkan karena kurangnya dana dari para peserta atau kurang dukungan dari Pemda atau Depag setempat akan arti pentingnya kebudayaan dan keagamaan karena hal ini akan berbeda ketika ada Pameran yang bersifat bisnis atau perdagangan kalau saya pernah dilihat di JCC begitu banyak peserta dari seluruh Indonesia ikut serta dalam acara tersebut.

Beberapa daerah yang ikut dalam acara ini Stand Mataram Jawa seharusnya dari faktor lokasi yang masih dalam satu pulau Jawa ikut dengan rombongan besar beserta perangkat pendukungnya tetapi yang saya lihat kemarin hanya stand kecil saja. Kemudian Banten juga ikut serta, Masjid Raya Semarang, Masjid Banjarmasin, Lombok dengan Islam Wektu Telunya, Pontianak, Sulawesi dengan Syeh Yusufnya, Masjid At-Tin, Jakarta Islamic Centre, dan juga tak lupa Islam di Manado tepatnya Jawa Tondano anak keturunan Kyai Mojo.
Sebenarnya bila diamati dari peninggalan-peninggalan yang ada memang pemikiran orang-orang terdahulu sudah cukup maju dan ada pemikiran untuk belajar dan membukukan kitab-kitab seperti Mujarobat, Ihya Ulumuddin, Tafsir Jalalain, Al Qur'an kuno dari emas yang ditulis tangan dan lainnya.
Juga ditampilkan foto-foto dari ulama-ulama kita dahulu yang cukup berjasa dalam menyebarkan agama Islam ke seluruh Nusantara tercinta ini. Kalau pernah saya baca bukunya Azumardi Azra tentang Jaringan Ulama-ulama di nusantara ini baik dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusatenggara, Maluku. Ulama-ulama kita mempunyai pertalian dan saling membantu menyebarkan agama Islam ini dengan jalan damai dan jalur perdagangan .
Kalau pernah saya baca beberapa sejarah tentang ulama-ulama kita dari seluruh nusantara belajar agama di Jazirah Arab disana dengan tidak melihat darimana asal-usulnya dan akhirnya mengembangkan ajaran agama Islam ke bumi nusantara dengan berfastabiqul khairat.
Yang mengkotak-kotakan sebenarnya bangsa kolonial dahulu yang ingin menguasai negara nusantara ini dengan cara mengadu domba antar anak bangsa ini sampai sekarang dengan membuat klasifikasi/strata yang membuat adanya kesenjangan. Rakyat, ulama, dan raja dahulu saling bantu membantu untuk mewujudkan masyarakat yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur.
So bersatulah Islam Nusantara jangan saling merasa saling benar sendiri dan berjalan sendiri-sendiri, saling mengisi dan membantu demi kemajuan bersama.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda