STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Sabtu, Juli 14, 2007

RINDU RUMAH – ORTU – IN MEMORIAN BAPAK TERCINTA

Dah 2 bulan lebih dan mendekati 3 bulan gak pulang rumah, pengin lihat situasi rumah dan Ibu yang kabarnya habis kesrempet anak SMA, kadar gulanya naik, dan khawatir akan kondisi anaknya perempuan yang nun jauh disana di Tanah Seberang Bali.

Beberapa problem dan kekhawatiran dari Ortu terhadap anaknya memang wajar dan ini seharusnya menjadi pacuan bagi kita sebagai anaknya untuk menunjukkan karya dan prestasi kita sebagai tanda bakti kita kepada mereka.

3 hari kemarin coba kontak rumah dan sms gak ada yang balesin pengin tahu tanggal 14 Juli / 15 Juli ini 2 tahun kematian Bapak kami. Penginnya pada ngadain ngaji bersama dan doa bersama anak-anak dan seluruh keluarga agar ingat akan dedikasi Bapak kepada kita dan tentunya semoga doa kita menjadi amal jariah bagi Bapak yang telah mendahului kita menemui sang pemilik kita ini.

Anak yang sholeh yang mendoakan ortu adalah salah satu amal yang tak akan putus sampai nanti, disamping itu adalah ilmu yang bermanfaat, semasa kecil kami diajari oleh Bapak ngaji secara tartil agar kita tahu Qur’an sebagai pedoman hidup kita, kemudian kita juga dibekali oleh ortu dengan pendidikan yang lumayan pada bisa sampai lulus kuliah minimal D3 semua.
Bapak yang memang basicnya dari pedagang dan guru ngaji, begitu juga ibu dari keluarga pedagang – petani dan guru ngaji mendidik anaknya agar tahu agama sedari kecil. Dengan iklim yang sangat moderat menurut saya, apa yang diingini anak apabila itu untuk kepentingan dan kemajuan anak akan diusahakan terpenuhi. Bahkan sampai setelah pension pun jiwa mendidik Bapak masih ada ini saya alami sendiri ketika aku belum kerja di Jakarta ini tapi usaha sendiri di Solo sering nganter nyopiri kemana Bapak mau mengajar, pada hari – hari tertentu Bapak mengajar agama di FISIP UNS dan juga SMEA di Kartasura, disamping itu masih juga ngajar ngaji di kampung untuk Bapak-bapak yang memang landasan agamanya kurang di Rumahnya Bapak Tolchah. Dan kegiatan ini baru terhenti ketika Bapak mulai sakit-sakitan dan bolak-balik masuk rumah sakit karena penyakit gula yang akhirnya diamputasi.
Aku menemani ketika beberapa kali waktu periksa dan di rumah sakit, tapi setelah aku kerja di Jakarta ketika masuk rumah sakit pasti aku sempatkan pulang ke Solo tuk jenguk Bapak.
Salah satu kebiasaan baik yang kuingat dari bapak adalah kebiasaannya untuk sholat Malam itu yang ingin kutiru tapi amalan ini seringkali bolong-bolong aku laksanakan. Aku belum bisa istiqomah. Trus kalau denger cerita-cerita dari Simbah atau Ibu dan lainnya Bapak itu dari Desa lumayan mendapatkan pendidikan bahkan bisa sampai S1. Pergaulan Bapak dengan rekan-rekannya selalu terjalin erat dan berusaha untuk menghidup-hidupkan agama baik di kampong sendiri dengan isi ceramah Kuliah Subuh, khutbah Jum’at, ngisi pengajian ibu-ibu malem Selasa di tempatnya Bu Nur juga pengajian malem Jum’at keliling, trus juga pengajian bapak-bapak. Dengan anak mudapun Bapak terbuka sehingga anak muda gampang dan mudah untuk bergaul dan tidak sungkan-sungkan.
Semoga kebaikan-kebaikan Bapak, ilmu yang yang berikan kepada orang-orang sekitar mampu dan bermanfaat bagi banyak orang, kemudian kami sebagai anaknya selalu mendoakan dan berbakti menjadi anak sholeh yang sesuai harapan dan tetap lurus di Jalan Allah senantiasa taat.

Dan semoga Ibu selalu tabah dan sabar untuk senantiasa mendidik dan membimbing kami anaknya yang menurutku aku belum mampu membahagiakannya. Semoga aku bisa berbakti dan senantiasa mendoakan.


ALLAHUMMAGHFIRLAHU WAR HAMHU WA’AFIHI WA’FU ANHU

RABBIGHFIRLI WALIWA LIDAYYA WARHAMHUMA KAMA ROBBAYANI SHOGIRO

AMIEN YA ROBBAL ALAMIN

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda