STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Senin, Oktober 22, 2007

GAMANG

Sebenarnya bukannya tidak ada kemauan untuk memulai suatu hubungan kembali dengan seorang wanita, tetapi dari beberapa kegagalan yg terjadi dan juga dari early introduction yang respon - responnya it's not good. Dari sisi anaknya yang mungkin belum bisa melepaskan kebebasannya, ataupun dari sisi orang tuanya yang mungkin kurang mendukung keinginan sang anak. It's difficult things for me and them ..... So confuse lah ......

Problema wanita modern dengan emansipasinya untuk lebih berperan dalam banyak sisi kehidupan menimbulkan friksi-friksi hubungan. Dengan adanya modernisasi yg tersistem seolah manusia modern digiring untuk berbuat, berfikir sesuai dengan kemauan industri sehingga kegiatan-kegiatan yang sebenarnya ada prioritas untuk segera dilaksanakan terhambat olehnya. Manusia disibukkan oleh aktifitas industrialisasi yang mengharuskan terjadinya pengurangan peran-peran domestik yang sebenarnya tak kalah pentingnya, dan juga faktor lifestyle hedonis materalistis dengan kita tidak sadari tertanam dalam sisi otak kita yang terdalam dan kita tidak merasakannya telah tertulari oleh virus tersebut. Etika-etika ketimuran, sisi-sisi religiusitas dari ajaran Tuhan yg ideal tergerus oleh kepentingan-kepentingan industrialis yg sangat kapitalis, walau sebenarnya mereka berpendidikan tinggi, menerima dan mengikuti kajian-kajian agama yang mendalam tetapi karena mereka punya daya dukung baik secara kecerdasan dan finansial pertimbangan mereka dan keluarganya lebih kompleks.

Yg menjadikan kegamangan para kaum pria yang mempunyai skill dan postur yang biasa-biasa saja tanpa ada kelebihan yg bisa dijual ada beberapa faktor hambatan sbb:
1. Wanita mulai sibuk dengan peran-peran yg telah mereka miliki dan bisa diandalkan sehingga mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa lelakipun mereka sanggup untuk berjuang bertahan hidup secara mandiri bahkan kesuksesan yang mereka raihpun bisa kita lihat dengan memegang jabatan-jabatan yang mereka bisa mengambil decision sendiri dan tentunya materi yang perolehpun mengalahkan kaum pria, sehingga pertimbangan mereka lebih kompleks untuk memilih pasangan.

2. Dari pihak orang tuapun ikut berperan menghalangi dan turut campur yang berlebihan dalam urusan anak perempuan mereka. Pertimbangan2 untuk memilih calon pasangan secara syar'i yaitu agama, kekayaan, kecantikan dan keturunan yang sebenarnya untuk prioritasnya adalah agama menjadi nomer sekian dari beberapa pertimbangan tadi, mereka juga melihat calon ini selain agama harus ini, harus itu dan seterusnya yang tentunya panjang kalau diterangkan. Memang penting faktor selain agama itu, tetapi janganlah dinomorsatukan melebihi faktor agama, bahkan orang2 tua yg ngaji dan tahu agamapun ikut-ikutan tergoda kalau-kalau nantinya anak perempuannya mereka lepaskan nanti tidak sukses, menderita, kelaparan, miskin dan sebagainya. Inipun sudah dinashkan dalam Qur'an bahwa manusia itu diliputi perasaan ketakutan dan kelaparan itu sangat manusiawi (Minal Khaufi wal Juu'i).

3. Mungkin dari faktor diri kami yang terlalu idealis, egois memaksakan suatu kehendak dan kemauan sedangkan secara kesuksesan hidup tidak tercapai bahkan kacau, banyak ide-ide, inisiatif-inisiatif dan kreatifitas yang ingin dan akan dan telah dilakukan ternyata memang banyak halangan dan hambatan dan karena banyak faktor akhirnya impian-impian yang bagus tersebut buyar dan tidak termanfaatkan dan menjadi manusia-manusia yang skeptis terhadap kondisi, nglokro, patah semangat, introvet, ataupun malahan menjadi lebih religi dengan nyufi pribadi dengan mengasingkan diri dari kebisingan-kebisingan hidup dan keruwetan-keruwetan di kanan kiri dan juga melakukan suatu hal untuk pelampiasan diri yg negatif juga. Selama ini kami bergaul dengan orang baik-baik dengan lingkungan yang baik juga tapi ternyata di luar sana dunia nyata dengan banyak kepentingan yang kami tak mengerti, tak terpikirkan sebelumnya bahkan mendzalimi siap menerjang dan menyerang dan bahkan banyak beberapa diantara kami terseret oleh arusnya.
and then SUFI MENDAMAIKAN DUNIA WITH RUMI, KHOMEINI, AL BAGHDADI ....
Nyepi, sunyi, refleksi, dan akhirnya berserah diri .......

Kemarin ada discuss dengan teman kita disarankan menurunkan grade orang-orang yang biasa-biasa saja gak usah berpendidikan, gak usah yang cerdas, gak usah yang punya macem-macem peran karena penerimaan mereka dan tentunya keluarganya akan sangat senang menerima kita dan kita dengan sedikit yang dimiliki merupakan berkah bagi kehidupan mereka bahkan bisa mengangkat derajat mereka untuk lebih berpendidikan, berkecukupan. Kaum grass rootlah yang harus diangkat dan diberdayakan karena kaum terpelajar dan kuat secara materi mereka sudah settle dan sanggup bertahan walau mereka single dan menikmati keramaian dan gegap gempita kegiatan yang banyak wujudnya baik duniawi maupun religy bisa mereka ambil bagian.
May be saran ini bisa kita coba dan laksanakan cari anak-anak pondok pesantren yang tak kalah pintar dengan kaum wanita modernis, karena kalau kita lihat anak-anak pesantren yang notabene bekal hidup mereka kebanyakan ajaran-ajaran agama, hapalan-hapalan qur'an kita tinggal mengasah, memberikan kail dan mereka akan ikut juga berperan aktif. Kita lihat saja sekarang anak-anak pesantren anak sarungan, anak kerudungan mulai tampil aktif dan mulai terangkat dalam pentas kehidupan di negeri ini, mereka kuat secara dasar tinggal menambah skill-skill ketrampilan hidup insya Allah keberkatan dan kerahmatan Allah akan bersama diri kita.

Kalau kita lihat memang disekitar kami orang-orang yang berjuang untuk agama, untuk kemasyarakatan secara kasat mata dilihat kurang sukses, karena kebanyakan mereka secara materi terbatas dan mungkin kurang, tetapi kalau diukur secara kebahagiaan dalam diri mereka menjalankan kehidupan ini dengan biasa saja, tidak ngoyo, tidak bernafsu, tidak serakah, tidak grusa-grusu, kemrungsung tetapi ketenangan dalam diri mereka peroleh. Rasa syukur senantiasa mereka tanamkan karena memang kalau semua ingin dipenuhi makan tidak pernah akan ada habisnya. Tapi ada beberapa kekurangan yg banyak menjangkiti mereka yaitu semangat mereka untuk berjuang itu dimanfaatkan oleh orang-orang yang memiliki kepentingan dan mereka akhirnya terdzalimi dan kurang mengadakan perlawanan secara konstitusi mereka cenderung menyerahkannya kepada Yang Diataslah yang akan membalasnya.
Semangat keagamaan mereka berkobar-kobar untuk suatu urusan ibadah dan kemaslahatan ummat, bahkan untuk kepentingan pribadi dan keluarganyapun harus mereka sisihkan. Sedangkan sisi-sisi sosio ekonomi yang seharusnya ikut menunjang dalam perjuangan mereka mereka tidak bisa mencovernya. Yang dibutuhkan adalah manusia-manusia yang kuat secara ekonomi tetapi juga kuat dalam hal keagamaan dan kemasyarakatan.

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda