STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Kamis, Desember 06, 2007

Refleksi Last November

Berpikir sederhana biasa dengan kerja nyata hasil semoga menjadi luar biasa.
Berpikir terlalu global, terlalu banyak wacana, yang terjadi adalah banyak kegamangan dan akan terus bertambah terus wacana tersebut di dalam otak kita sehingga menjadi bebal. Mulai dari hal yang terkecil yang sederhana yang berasal atau berada di sekitar tetapi dengan aksi yang dilakukan dengan benar.


FENOMENA ANAK BANGSA

Tukang sampah, bersih-bersih bersms-an ria, ngepul asap di sela-sela istirahatnya dengan santainya walau keadaan hidup yang menghimpit dan badan penuh peluh dan kotorannya hasil yang didapat bukannya untuk prioritas keluarga tetapi kenapa kebutuhan-kebutuhan yang sebetulnya kurang penting malah dicover untuk keperluan-keperluan tersebut apakah karena untuk menghilangkan sedikit beban hidupnya ataukah karena salah prioritas dan mungkin sebagai suatu cara untuk menunjukkan suatu kepunyaannya ini lho saya punya atau bagaimana.

Yang kedua adalah fenomena anak-anak kecil yang berada di jalanan dan bergerombol nongkrong di mall-mall apakah karena rumah sudah tidak nyaman lagi buat mereka, atau karena ruang public tempat mereka bermain hilang diambil alih oleh kepentingan-kepentingan kaum dewasa dengan pengkomersialan dan penjualan asset-aset fasilitas social oleh oknum-oknum pejabat yang tidak berpikir akan kelangsungan generasi penerus yang membutuhkan suatu tempat untuk bersosialisasi dan bermain di masa kecilnya. Mereka membentuk genk-genk sekolah, komunitas-komunitas yang mampu mengembangkan kreativitas mereka, berkeliaran diatas motor-motor yang meraung-raung menambah gegap gempita dunia yang sudah terpolusi dan menimbulkan masalah-masalah baru karena tidak atau kurang adanya wadah yang menampung aspirasi, ide, kreativitas mereka.

Yang ketiga maraknya masjid-masjid di kampus dan Islamic centre dan sepinya kegiatan dan aktivitas di masjid-masjid kampong yang juga memerlukan uluran tangan. Para kaum muda Islam kita ini apakah karena adanya kesamaan umur, kepentingan, ataukah karena kaum tua di surau, langgar dan masjid yang kurang mengakomodir kepentingan mereka sehingga mereka mengeluarkan ekspresi dan kreativitas mereka di lingkungan kampus atau di Islamic Centre yang mampu mewadahi mereka. Karena jiwa muda yang ingin mobile dan berubah, berpikir, penuh dinamika menghadapi konservatisme para orang tua yang kurang memahami perubahan jaman yang semakin hari – semakin kompleks permasalahan dan krg mengikuti perkembangan gegar budaya di sekitar kita.

Surau-surau kampong mulai ditinggalkan menjadi sunyi senyap berganti hingar bingar aktivitas dakwah yang lebih keluar sedangkan permasalahan-permasalahan yang berada di dalamnya tidak selesai – selesai dan akhirnya terakumulasi menjadi menggunung. Sedangkan para aktivis kurang membumikan keilmuan yang mereka peroleh ke masyarakat luas dan cenderung menjadi eksklusif bagi para anggotanya dan menggaet kader-kader mudanya dengan meninggalkan para saudara-saudara kita yang sudah terjebak dan termakan gegar budaya dengan narkoba, baju seksi, kehidupan malam, dan akhirnya anak – anak yang terlepas perhatian ini menjadi generasi yang mencoba menunjukkan jatidiri dengan mengikuti trendsetter yang mereka saksikan, baca dan dengar dari media-media yang begitu gencar ngebom mereka.

Anak-anak gadis, ibu-ibu bersolek dan berlenggak-lenggok ria di kawasan public tanpa adanya perlindungan dari kaum lelaki sebagai penjaga dan pemegang amanah terhadap mereka. Coba kita perhatikan berapa banyak orang tua yang membiarkan ataupun malah bangga terhadap anaknya yang cenderung mengikuti gaya hidup yang modern yang biasanya berasal dari luar yang secara etika kurang enak dilihat dan membikin kaum lelaki menonton, menikmati dan bisa saja menyergap mereka setiap saat ada kesempatan dengan berbagai pelecehan apakah itu siulan, pandangan yang merendahkan, maupun tindakan yang berbau asusila. Coba lihat berapa banyak anak elit-elit agama, pak haji atau yang tahu agama yang berdandan, berpakaian kurang mengikuti ajaran agama atau minimal sopan saja ataupun sudah terlalu longgarnya ukuran suatu tatanan untuk mengakomodir perubahan lifestyle yang ada dan akhirnya ikut terjerumus, dan pola hidup yang kacau.

Kompas 01 December 2007 kolom Muh Sobary yang mengupas tentang generasi muda yang bisa berteriak tapi kurang memberikan solusi, atau generasi-generasi muda yang menuntut ikut dalam kekuasaan tetapi ketika diatas mereka ikut menikmati sistem yang korup dan busuk. Hanya sedikit yg bisa memberikan bukti yang nyata kepada masyarakatnya.

Wisdom ini terlahir diatas motor, terekam dalam hp hitam butut dalam perjalanan pulogadung - pramuka dibawah awan mendung yang menyelimuti langit jakarta ahad, 02 December Jam 12.an

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda