Setelah baca buku Summerhill School tentang sekolah yang membebaskan ku teringat obrolan beberapa tahun yang lalu dengan tetangga di kampong neneku di daerah Bandara Adisumarmo Solo. Tetangga sekaligus saudara ini berumur sekitar 40 tahunan, dimana dia menceritakan ketika sekolah SMP umum bukan kejuruan, dimana dulu ada program mirip link and match dari Sekolah Islam di pinggiran kota Solo dimana murid-muridnya dalam beberapa waktu harus ikut magang di berbagai tempat yang disukai atau ditunjuk oleh guru pembimbing antara lain di Bengkel Sepeda kakeku, di tempat tukang jahit yang suka menjahit, di warung-warung yang ingin belajar berdagang, atau di berbagai tempat di sekitar sekolah dimana penduduk setempat melakukan pekerjaan untuk mendapatkan sedikit rejeki. Bahkan dari cerita orang tua dulu sehabis SMP, Bapak sudah ikut membantu mengajar di Madrasah umum, ini menandakan bahwa orang dulu ketika mereka berumur 14 tahun sudah bisa hidup mandiri dan disiapkan untuk bekerja dengan keahlian yang dibekali atau disukai, selain bekal dasar baca tulis berhitung maupun mengaji.
Program seperti ini sekarang jarang sekali ditemukan bahkan di tempat sekolah saya dahulu maupun rekan-rekan, dan bahkan lulusan perguruan tinggi kita banyak yang belum siap bekerja dan kebanyakan mengandalkan ijazah dan ingin menjadi PNS yang diidam-idamkan.