STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Kamis, Juli 31, 2008

DUNIA INI LUAS

Bumi kita ini sebenarnya sangat luas kalau kita mau melihat ayat-ayat Allah di berbagai belahan bumi ini. Allah memerintahkan kita untuk melihat kebesaran Allah di bumi Allah. Seringkali kita menutup diri dg ego-ego kita dengan perasaan kedaerahan kita, dengan kesombongan kita, dengan kekayaan yang kita miliki dsb. Tetapi coba kalau kita mau melihat dan berjalan-jalan ke bumi Allah yang lain, akan kita lihat ada yg lebih dari diri kita, apakah itu kepintarannya, kemajuannya, kekayaannya, kerupawanannya, ketaqwaannya, dan tentunya ada yang lebih Maha Tinggi Sang Kholiq Pencipta semuanya itu. Dunia ini luas tidak hanya di desa-desa kita saja, di kota-kota yang kita banggakan, di negeri yang melimpah ruah tapi terjajah ekonominya, di kamar-kamar kita dengan segala kelengkapan perabot yang dirasa kita sudah bisa memiliki dunia dibandingkan tetangga-tetangga, saudara2, kawan2 kita.
Kalau kita mau berjalan2 tadabur alam apakah di kota maupun di desa, yang dilihat jangan hanya glamournya saja, tetapi lihatlah bahwasanya diri kita ini kecil, hina, tidak ada apa-apanya. Dan semoga kita segera sadar dan terus beristighfar untuk selalu menambah kemampuan kita, selalu belajar, dan selalu memberikan manfaat yang lebih banyak sebagai rasa syukur kita kepada-NYA.

Selasa, Juli 22, 2008

PERAN ULAMA

Bagaimana sebenarnya peran ulama di ranah pemerintahan yang berjalan sekarang ini, walau banyak partai yg notabene berlandaskan agama tetapi tidak bisa mengayomi masyarakat banyak. Apakah seharusnya di dalam parpol-parpol tersebut ada semacam dewan ulama yg menggodog dan membaiat agar lebih mementingkan urusan orang banyak daripada kongkalikong perpolitikan. Ulama seperti ditinggalkan berjalan sendiri, walau ada lembaga yg menaunginya yaitu MUI tetapi hanya diberi kewenangan utk urusan2 ritual keagamaan semacam PHBI, fatwa2 peribadatan, aqidah tetapi untuk urusan yg sebenarnya juga sangat penting yg menyangkut hajat hidup orang banyak mjd terjauhkan dari arena tersebut.
Mungkin sekarang sudah ada kemajuan dengan adanya peran di bidang ekonomi dengan adanya fatwa2 utk sektor keuangan syariah yang mmg dewasa ini baru berkembang sangat pesat dan mendapat sambutan luas dari masyarakat muslim dan ini patut kita apresiasi.
Ttapi untuk urusan politik dan ekonomi secara umum DPR yg seharusnya berperan ternyata tumpul dan bahkan dinina bobokkan dengan banyaknya iming2 materi yg ada di depan mereka.
Sebenarnya yg salah pemerintahnya yg nggak mau datang atau minta fatwa kpd ulama ketika mengambil keputusan untuk kemaslahatan orang banyak seperti kasus kemarin kenaikan BBM untuk meminta banyakan mana antara mudharat atau manfaat yg akan di dapat ataukah ulamanya yang harus aktif utk mengingatkan pemerintahan yg mgk hitung-hitungan keputusannya berdasarkan pertimbangan ekonomis saja.

Hal ini mungkin karena pemerintahan ini mmg sekuler yg memisahkan antara ranah pemerintahan dengan ranah keagamaan, dan memang negara kita bukan negara agama. Tetapi karena faktor ekonomi politik yg menjadi pertimbangan dan fungsi DPR yg bukannya mewakili konstituen yg diwakilinya tetapi hanya merupakan kepanjangan tangan partai politik dimana dia bernaung shg kepentingan rakyat banyak yg diwakilinya terabaikan. Malahan akhir2 ini anggota DPR dari fraksi yg notabene berbendera hijau yg seharusnya menjaga dan tahu tatanan agama malah memberi contoh atau mungkin lagi apes dan ikut-ikutan terdegradasi moralnya ikut nyemplung godaan dunia yg sedang ditangannya yaitu kekuasaan, harta, bahkan godaan wanita.

Mungkin diperlukan peran aktif ulama untuk mempressure pemerintahan dengan gerakan beberapa waktu yg lalu antara beberapa ormas Islam utk mendorong pemerintah lebih tegas memerangi korupsi di negara ini dan hasilnya adalah pembentukan KPK yg sedikit banyak membuahkan hasil yg agak lumayan.

Beberapa kali ngaji di Sunda Kelapa Pak Nasarudin Umar mengatakan bahwa jangan berharap terlalu lebih terhadap ulama untuk berbagai macam urusan yg mungkin dulu bisa seseorang meminta tolong dari urusan kesehatan sampai urusan ekonomi, perkawinan, dll. Dengan semakin majunya jaman peran ulama mulai terabaikan dg perkembangan masyarakat yg berpikir semakin maju, memiliki pola pikir yang sangat berbeda dengan yg dulu. Ulama membutuhkan banyak literatur dan referensi atau mungkin teknologi untuk mendapatkan informasi terhadap audiens atau masyarakat yg akan diberi siraman rohani.

Jumat, Juli 11, 2008

CERITA JALANAN

Beberapa hari ini makan di luar memang lagi bosen pesen makanan yang biasa dibelikan office boy sambil liat-liat menu diluar dan mengurangi crowded di kepala yg memang akhir2 ini kok kalo sore kepala naik agak pusing.

Dari beberapa obrolan dengan orang2 yg makan di warung-warung bareng bersama saudara-saudara kita yang senasib seperjuangan untuk bertahan hidup dan ingin melaksanakan kewajiban sebagai kepala rumah tangga, yang akhir2 ini memang beban hidup katanya semakin berat saja setelah sebelumnya awal tahun kenaikan harga sudah dirasa kemudian ditambah kenaikan BBM bulan mei kemarin menambah saja beban hidup yang harus mereka tanggung. Kalo kita lihat di televisi di tayangan akhir2 ini ada orang yg sudah bosan dg penderitaan yg dialaminya dengan bunuh diri, kemudian fenomena nasi aking yg dulunya biasa dibuat makan tambahan hewan piaraan semacam bebek, ayam tapi sekarang mulai juga dikonsumsi saudara2 kita yg kurang mampu.

Dari obrolan di warung gado2 dengan sopir yg sedang istirahat nunggu bongkar, dia curhat dg tukang gado2 betapa pemerintahan sekarang sepertinya bukannya kesejahteraan dicapai tetapi semakin hari semakin sulit. Sampai2 menyalahkan pemerintahan sekarang, dan kemungkinan yang akan dilakukan ketika pemilu nantinya adalah menjadi golput seperti saudara2 kita yang berpendidikan yg memang dari dulu sudah melontarkan semangat golput. Cerita yg kedua adalah dengan tetangga kontrakan sesama pekerja yg curhat mmg dirasa semakin susah hidup ini, semakin smrawut, tak ada yang bisa diharapkan dari pemimpin2 kita baik dieksekutif, maupun legeslatif yang banyak bull shitnya dari pada hasil nyata yang bisa dirasakan masyarakat, ketimpangan semakin dirasakan oleh mereka. Negara sepertinya tidak ada fungsinya walau memang kebebasan sudah didapat tetapi keadilan sosial ekonomi semakin jauh dari harapan. Untuk keadilan berpolitik dan demokrasi mungkin sudah dirasakan, tetapi untuk urusan perut kayaknya kurang diperhatikan dan negara tidak mampu utk mengatasi problem2 tersebut.

Keluhan, curhatan, cercaan, makian dari grass root yg sebenarnya dengan adanya media para pemimpin bisa menjadikan perhatian utk ditampung dan diberikan solusi agar kesejahteraan tercapai jadinya malah seperti perlombaan salah menyalahkan diantara kita.

Harus dimulai dari mana ketika para pemimpin, tokoh2 baik pengusaha, pemerintahan, masyarakat, agama tidak bisa memberikan contoh yang baik dan memberikan solusi permasalahan ini. Tokoh-tokoh muda yg akan meneruskan negeri ini yang seharusnya mulai kelihatan sampai sekarang belum muncul, dan malahan problem internal dari diri mereka sendiri atau dengan keluarga atau antar golongan masih mengalahkan kepentingan yang lebih besar, seharusnya tokoh semacam Aa Gym yang kemarin2 digandrungi oleh kaum tua maupun muda di seluruh pelosok negeri, Arifin Ilham dengan konsep Dizkrnya, Ary Ginanjar dengan ESQnya seharusnya mulai muncul memimpin gerakan moral untuk bersatu bersama-sama memunculkan ide kebersamaan mengatasi problem bangsa ini dengan meminta kepada para pemimpin negeri ini segera mengadakan perubahan dengan lebih radikal dengan gebrakan-gebrakan yg hasilnya segera dirasakan masyarakat. Gerakan ini semacam gerakan para tokoh masyarakat meminta kepada presiden Soeharto untuk mengadakan suksesi yang dimotori para bapak bangsa kita semacam Nurcholis Madjid, Emha Ainun Najib sehingga bisa dengan segera bisa mengatasi problem2 yang dirasakan masyarakat.

Ayo adakan konsolidasi antar para tokoh, bukannya saling berebut kue di negeri ini agar bisa berkuasa, agar tambah makmur dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri ini.

Monggo pada para pemimpin yg mau memulai.

Rabu, Juli 09, 2008

KETELADANAN

Share dg temen soal keteladanan dan tokoh-tokoh sekarang ini yang instan muncul, seperti produk2 yang dimunculkan oleh kultur materialis dan liberal tercipta lewat bantuan media apakah itu televisi, radio, koran, atau smsan.

Beda dengan dahulu yg kalo saya amati suatu tokoh akan muncul memang dikarenakan kepiawaiannya dalam ilmu yg dimilikinya, peran aktif mereka di masyarakat sehingga menjadikan tokoh tersebut memang muncul dari masyarakat itu sendiri, tidak dibuat oleh produk liberalisme. Seorang kyai tidak akan merasa dirinya disebut kyai, tetapi memang karena masyarakat / ummat sekitarnya mengakui kepiawaian, ketawadluan, penyebaran ilmu lewat taklim-taklim yg biasanya tidak mengharapkan imbalan apapun dari apa yang disalurkan tetapi merupakan kewajiban dari seorang alim untuk menyebarkan ilmunya yang insya Allah akan menjadi amal jariah sebagai ilmu yang bermanfaat.

Juga dari beberapa buku yang kita baca khususnya tokoh-tokoh di Prancis atau Iran, dimana memang sejak usia belia / remaja seseorang pemimpin sudah mempunyai akar kepemimpinan dan ikut penggemblengan kader yang kuat semacam Imam Khomeini, Ali Syariati, Roger Garaudy. Mereka adalah bukan tokoh karbitan yang secepat kilat muncul di dalam masyarakat, tetapi mereka sudah matang sejak awal dengan didikan yang sudah tersistematika dalam alam demokrasi yang sudah dewasa semacam di Iran atau Prancis, sedang yang terjadi di masyarakat Indonesia sistem demokrasinya walaupun sudah cukup lama tetapi memang kalo kita lihat akarnya adalah adanya upaya saling menjatuhkan, kutu loncat yg tidak memberikan contoh dan teladan bagi generasi dibawahnya.

Ataupun contoh dari Nabi yang mempersiapkan dan menggembleng sahabat sebagai kader-kader penerus yang handal yang akan meneruskan tugas Nabi untuk mensyiarkan agama Allah dengan sepenuh hati, apakah itu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib maupun generasi penerus sebagai kaum awal generasi terbaik.

Selasa, Juli 08, 2008

SENANDUNG LIRIH KAWAN

Seperti lagu yg beberapa kali terdengar di telinga kita akhir2 ini produk Changcuter....

Wanita racun dunia senandungnya.....

Dari beberapa obrolan dikeluhkan para pria kawan kita yg ingin mengakhiri masa lajangnya dengan semakin banyaknya godaan yang menyerbu dari setiap arah para pemuda kita, ada bbp alasan a.l:
- Alasan ekonomi : karena kurangnya penghasilan / belum bekerja
- Alasan kecocokan : pencarian yg dikarenakan ingin mendapatkan sosok yg pas dengan yg diimpikan
- Alasan orang tua : kurang adanya dukungan orang tua terhadap anaknya yg sudah cukup umur utk segera mendapatkan jodoh dengan berbagai alasan, apakah krn status sosial, ekonomi, pendidikan ato dll.

Hal ini ditambah juga dg emansipasi wanita, dimana mereka sedang menginginkan peran di luar peran domestik mengurus rumah utk ikut berperan dalam kehidupan bermasyarakat, semakin menambah kacaunya perburuan atau pencarian calon pendamping.

Ditambah faktor media yg menghembuskan bbg isu yg mengacaukan pola pikir tentang definisi perjodohan / pencarian pasangan. Ketika idealismenya faktor agama yg diutamakan, kekayaan, kecantikan, kedudukan menjadi bias di pandangan masyarakat kita dengan semakin gencarnya paham materialisme.

Kata kawan yang pertama adalah mau dulu, yg kedua mau lagi, yang ketiga mau lagi dari pasangan kita, utk masalah lainnya kecantikan, kekayaan, kedudukan adalah bonus.

Tak pikir2 memang bener adanya.....


Sekali lagi senandungnya :

Wanita racun dunia ......

APA sebenarnya yg terlintas dipikirannya dikarenakan beberapa kali perburuan jodohnya kepentok dan gagal.....

E kayak kisahku dulu ........ Tak semudah yg dibayangkan.....

Sekian...... Maju terus pantang mundur yo,.....

PESTA BUKU 2008

Gelar pameran buku yg penuh diskon yg ditunggu para penggemar dan pecinta aneka tulisan dari berbagai penerbit dimulai 28 Juni dan berakhit 6 juli 2008 kemarin.
Di Istora Senayan acara ini dilaksanakan yg memang lumayan representatif utk pelaksanaan aneka pameran selain JCC di wilayah Senayan.
Dalam 2 kali kunjungan ke sana terlihat pengunjung tampak antusias untuk menyerbu pesta ini agar tidak kalah cepat utk mendapat apa yg diinginkan, karena mmg diluar acara pameran buku jarang ada diskon di toko2 buku semisal gunung agung maupun gramedia.
Puter2 sampai pusing di bbp stand favorit dari beberapa kunjungan 3-4 tahun ini adalah zahra, serambi, salemba, ibs yang menawarkan bbg diskon yg menarik dari 20-50%.
Kali ini ada salah satu stand yg menurutku cukup menarik produknya semisal javabook dengan koleksi buku tuanya, serambi yang menawarkan produk diskon 50% yg lumayan, juga iqra' media berupa cd interaktif dan aneka poster untuk pendidikan anak. Stand NCR utk produk VCD kartun pendidikan diubek2 2 kali memang tidak ada utk mendapatkan produk, karena kemarin pas pameran produk kreatif kemarin pas gak bawa uang.
Dalam kunjungan kedua dihari akhir tyt belum ada penawaran produk dg diskon habis2an tyt masih menawarkan diskon yg biasa2 saja, wa kecewa dah .....
Aneka produk buku yang ditawarkan sekarang banyak macemnya, dan cukup diacungi jempol penerbit2 Islam dengan produk2 yg ditawarkan cukup menarik bagi para pembaca awal buku sehingga dalam mempelajari agama Islam sekarang makin mudah untuk belajar dengan aneka produk ini. Geliat ini memang terlihat akhir2 dekade ini setelah reformasi keinginan untuk belajar Islam semakin tumbuh dan berkembang. Para pengarangnyapun cukup kreatif untuk menelurkan produk yg bisa diterima oleh masyarakat banyak dari kalangan anak-anak, remaja, dewasa, bejibun tumbuh bak rumput di musim hujan.

Kamis, Juli 03, 2008

DEFINISI SYUKUR dan PEREMPUAN

Kayaknya sekarang telah bergeser definisi cara bersyukur, dikarenakan oleh culture materialisme yang dihembuskan dan santer digerojokkan berbagai kebutuhan dan produksi massal yg menjadikan semua produk tampak gampang didapat, lebih murah, dan juga dibarengi berbagai promosi yang menggiurkan.
Bukannya kebutuhan yg sekarang menjadikan dasar seseorang melakukan transaksi tetapi sekarang lebih banyak karena faktor keinginan, perasaan serba kurang dan segera dipenuhi apa yg ada difikiran ato benaknya.

Rasa cukup dengan apa yg diberikan oleh Tuhan kita dengan segala pemberian rizki baik yg berujud materi atau non materi, ketika ditabrakkan dengan lingkungan sekitar yg serba materialis tersebut menjadikan serba kurang apa yang dipunya. Semua bidang sekarang telah teracuni oleh paham materialisme, kalo pingin cari sekolah yg bagus tentunya dengan harga yang bagus juga, kalo pingin cantik secara fisik harus di poles dengan berbagai macam asesori yg dikira membuat dirinya semakin menarik, penghargaan status seseorang jg seringkali diukur dengan berapa banyak materi yg dia punya, dll.

Istri-istri sekarang ato wanita begitu juga lebih gampang tergoda ato dengan perasaan halus yang dia punya menjadikan ukuran materi sebagai salah satu tolok ukur utk mendapatkan pasangan, dan kurang merasa cukup terhadap apa yang diberikan oleh suami-suami mereka sehingga sekarang kita saksikan wanita-wanita bebas berkeliaran walau di malam hari berjalan sendirian pulang kerja tanpa muhrim ato tanpa takut yg hal ini dimungkinkan keadaan sekarang yg lebih kondusif tingkat keamanannya. Mungkin alasan peran ato ingin ikut berpacu dalam kompetisi dunia yang semakin kompetitif antar gender, antar bangsa, antar budaya, untuk memperebutkan kue rizki yg ada dan diberikan oleh sang Khaliq.
Tapi mbok yao jangan sampai aturan-aturan yang sudah digariskan oleh Sang Rabb tentang peran dan tanggung jawab sebagai seorang wanita, sebagai seorang istri terabaikan dan lebih mementingkan / prioritas untuk urusan diluar yg mungkin dianggapnya lebih penting dan ikut membantu secara ekonomi.
Lihatlah betapa banyak kerusakan yg terjadi ketika wanita bebas keluar dari rumahnya dengan menuntut peran yang lebih luas bahkan cenderung bebas, sehingga menjatuhkan martabat mereka sebagai perempuan. Peran2 domestik dianggap bukan tugas mulia, bukan sebagai ladang ibadah, tetapi seringkali ucapan karena capek, karena kurang bebas merasa keluarga menjadi beban atau penjara dalam kehidupan mereka.
Berapa anak dan keluarga yang terabaikan ketika peran domestik ditinggalkan dari pada keberhasilan yg didapat dari keluarga yg bisa menyeimbangkan peran domestik dan peran diluar secara bebarengan. Mungkin secara prosentase lebih banyak madhorotnya dari pada manfaat yg diperoleh.
Atau terserahlah bagaimana mendefinisikan syukur dan peran domestik di dunia ini sekarang, memang agak membingungkan. Tetapi biar sajalah .... bagaimana manusia menafsirkan AYAT-AYAT ALLAH dalam kehidupan ini.