STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Rabu, Februari 25, 2009

Irama kehidupan

Ketika pagi bangun yang terdengar adalah bbp tikus yg berlarian di luar dan diatas internit berkejar-kejaran.

Bunyi motorku pun ikut memanasi dipagi buta menuju ke salah satu mushola/masjid terdekat untuk subuhan.

Ketika pulang subuhan, beberapa org sudah mulai bangun untuk segera beraktivitas diantaranya Keluarga Mbak Tik yang menyiapkan sepeda dan keranjang utk belanja sayur dan bumbu yang kemudian dia jual kembali di sekitar kampong dan juga suaminya yg mulai memanasi air dan masak lauk/nasi untuk sarapan anaknya yg masih sekolah.

Kemudian ketika lari pagi terlihat aktivitas lain tukang ojek mulai bermunculan utk menyambut calon penumpang terutama yg masuk kerja pagi di dalam KIP, dan juga mobil omprenganpun juga berdatangan satu demi satu dan memulai aktivitas membersihkan mobilnya utk nantinya mengangkut penumpang dalam jumlah lebih banyak.


Ketika kumulai masuk kamar lagi kamar sebelah sudah mulai bangun dan terdengar gemericik suara air untuk berwudlu dan kemudian terdengar suara music yang dia bunyikan lumayan kenceng untuk ukuran pagi hari.

Agak siang akan terdengar dari kamar kontrakan lain dari Keluarga Padang – Batak anaknya mulai bangun dan memecahkan suara pagi yg dengan tangisan pagi khasnya dan akan diiringi suara bapak atau ibunya yg berusaha menenangkan tangisan bocah itu. Mungkin sudah sifat bawaan keluarga dari Sumatra yang agak keras mendidik anaknya sehingga sang bocah sering kali bukannya malah diam tetapi semakin keras dan kencang tangisannya dan akan terus berlanjut.


Kemudian agak siang dikit dari kamar cewek sebelah mulai bangun juga kalo tidak ikut membunyikan radio atau tapenya dia akan menghidupkan televisi untuk mengiringi aktivitas persiapan berangkat kerjanya.


Dari kamar kontrakan lain Ummi keluarga Betawi Sunda juga mulai bangun dan beraktivitas bersih-bersih dan akan terdengar juga music-musik kesenangannya nostalgia zaman dulu 60-80an ikut menyuarakan ekspresi paginya tidak mau kalah dengan kamar kontrakan lainnya.


Pagi yang cukup meriah dikontrakan satu kotak kehidupan yang beraneka warna budaya, kebiasaan, kesukaan dan kita akan mengikutinya dan ini akan terulang sekian waktu lamanya.


Diantara kemeriahan pagi tersebut akan kumulai aktivitasku dengan istirahat bakda subuh dan olahraga pagi atau after masak nasi untuk persiapan kerja dan bangun pagi yang kedua jam 7-9an.

Kamis, Februari 05, 2009

REVIEW IMLEK SOLO 26 JANUARI 2009





Review Imlek di wilayah Jebres yg byk dihuni oleh warga keturunan Tiong Hoa, adalah tipical rumah-rumah di daerah perkotaan yang padat dan tertutup rapat oleh tembok-tembok atau rumah yg mepet jalan dimana disamping digunakan sebagai tempat tinggal sekaligus digunakan sebagai tempat mencari penghidupan dengan membuka toko.


Selain kehidupan bisnis yg dijalaninya dengan semangat tak kenal lelah mencari penghidupan yg lebih baik dan bertambah maju, juga mereka mau ikut berpartisipasi sebagai warga Negara di daerah dimana mereka tinggal seperti kemauan mereka menjadi RT atau RW, kemudian juga mendirikan lembaga pendidikan untuk mengasuh dan mencerdaskan anak-anak mereka, dan tak lupa peran serta untuk berorganisasi dan aneka peran yg dimainkan sebagai wujud sebagai warga Negara yang baik. Kalau dibilang mereka kurang berperan itu tidaklah benar dengan aneka kegiatan, kelembagaan, baik formal maupun non formal yg mngkin kurang digaungkan, mereka berprestasi dan unggul secara pendidikan, olahraga, budaya dan seni dan tentu saja bisnis yg mereka berusaha tunjukkan, tetapi tetap saja kekuasaan menganggap mereka sebagai objek dan sapi perahan.


Tak lupa juga mereka melakukan ritual-ritual keagamaan sebagai wujud bahwa kepercayaan adanya Sang Pencipta dengan memeluk aneka agama yg ada di Indonesia ataupun kepercayaan yg mereka bawa dari nenek moyang mereka.


Kalau kemudian terjadi kerusuhan atau isu-isu diskriminasi melihat rukunnya dan pembauran yg mereka lakukan hal ini dimungkinkan ada actor-aktor diluar yg menggunakan isu-isu agar keadaan tambah kacau atau mencari kambing hitam dan akhirnya sebagai warga minoritas seperti juga rakyat kecil yg menjadi obyek penderita dari arena kekuasaan.