STRUGGLE - DINAMIC - EQUALITY - EGALITARY - SOCIAL - RELIGY - WELFARE - LEARN - ECONOMIC - USEFUL

Senin, Januari 22, 2007

TERNYATA

Walaupun sudah haji, sholat, dan beberapa ibadah mahdloh lainnya dilaksanakan ternyata masih banyak saudara kita belum memahami arti ibadah sesungguhnya. Ibadah diartikan bahwa ketika dia sudah melaksanakan ritual-ritual tersebut merasa sudah cukup dalam berkehidupan agama. Mereka artikan ibadah hanya sebatas ritual tersebut, sedangkan kehidupan sehari-harinya terlupakan oleh semangat ibadah yang serba suci.
Keshalihan hanya untuk dirinya, terserah orang lain, tetangga, teman, kerabat mau gimana asal kita sudah melaksanakan perintah tersebut rasanya kita sudah puas.
Islam tidak dilaksanakan secara kaffah, hanya ritual-ritual yang mereka anggap sesuai dengan kemauan manusia, bukannya semua perintah agama dilaksanakan. Mau sholat, mau haji, mau puasa, tapi ketika disuruh untuk sedekah, untuk menzakati rezeki yang diperolehnya mereka merasa bahwa apa yang mereka usahakan itu sebagai hasil jerih payah, kerja keras dirinya sehingga enggan untuk mengeluarkannya.
Dengan haji akan didapat gelar haji, dengan berbaju koko dianggapnya sudah mencerminkan sikap hidup yang islami, tetapi ketika di dalam pekerjaannya, dalam kehidupan dunianya tidak mencerminkan apa yang telah mereka laksanakan dalam ritual ibadah itu saja.
Yang mereka ceritakan pengalaman berhaji soal pasar seng, soal makanan yang diberikan, soal kemudahan-kemudahan pelayanan yang diberikan, tetapi tidak mereka perhatikan adakah peningkatan setelah berhajinya.
Masihkah merendahkan orang, bagaimana mereka memperhatikan masyarakat sekitarnya.
Kemarin di tempat saudara ada sedikit cerita :
Sudah haji, bangun masjid juga, tapi untuk menyantuni anak yatim di sekitarnya yang barusan ditinggal mati orang tuanya merasa susah padahal rumah lumayan luas harga ratusan juta, mobil bagus tan kepala bagian.
Cerita dari Bos juga begitu, ketika bertemu klien yang levelnya cukup lumayan di top manajemen BUMN setelah pulang haji, cerita-cerita keduniaan yang keluar sedangkan makna sebenarnya dari ibadah yang dijalaninya tak diketahuinya. Betapa keringkah ibadah kita ini,
Tapi mungkin memang baru segitu pengetahuan agamanya, memang dulunya belum mau ibadah, belum mau ngaji, setelah mendapat istri yang lumayan pengetahuan agamanya baru ritual-ritual itu dilaksanakan. Mungkin belum dan mudah-mudahan terus meningkat pemahaman keagamaanya.
Setelah memperhatikan, mengamati banyak orang muslim termasuk saya sendiri tentunya memang kita kurang / belum mau melaksanakan Islam secara kaffah masih menurut hawa nafsu, keinginan kita, mana yang menguntungkan kita, mana yang membawa manfaat bagi kita.
Benar pendapat Syafi'i Maarif bahwa kita sudah meninggalkan Al Qur'an dan Hadist, kita hanya membaca tanpa tahu artinya, kurang memahami, kurang mempelajari, kurang mengamalkan dalam kehidupan kita.
Nampaknya Al Qur'an sudah ditinggalkan ummat Islam, sehingga ummat Islam tidak maju-maju, sedangkan orang di luar kita banyak mempelajari Al Qur'an untuk mengambil pelajaran yang ada di dalamnya.

Semoga kita senantiasa muhasabah, menambah pengetahuan agama kita, banyak menyerap ilmu dari manapun asalnya dan tentu saja menyebarkannya kemanapun orang membutuhkan peran kita, apakah ilmu kita, tenaga kita, pemikiran kita.

Senantiasa mencari, dan memberi.

Jumat, Januari 19, 2007

PHUH

Malam-malamku belakangan ini penuh keresahan, konsep-konsep hidup selalu membayangi diri setiap hari, kerjaanpun juga begitu banyak yang seharusnya kelelahan tapi ternyata mata tidak bisa dipejamkan juga.
Konsep pernikahan, kekayaan, kesetaraan, kerja, dan berbagai permasalahan yang selalu terngiang di kepala.
Ku coba untuk lebih bermunajat, share kepada-Nya di malam-malam tersebut. Hidup memang tak akan ada permasalahan yang selesai sebelum kita meninggalkan dunia ini.
Hanya Allah saja yang akan tampung segala yang kita punyai persoalan-persoalan hidup.
Project-project yang begitu banyak dan dana yang terbatas juga sangat mengganggu kelancaran pekerjaan yang bejibun ini. Inilah resiko dari perusahaan kecil milik pribumi, yang kurang mendapat dukungan dari perbankan, pemerintah bagaimana mengatasi permasalahan riil dunia kerja.
Semoga Allah bersama kita, selalu menaungi dan membantu segala yang kita perlu, butuh, resah dan segalanya.

Label: ,

Selasa, Januari 16, 2007

K E L U

Lin Lin Lin Lin Min Min ....
Lin Lin Lin Lin

Sing - sing - sing
Kring kring kring

Begitulah hari-hari ini penuh haru, penuh tunggu

Senin, Januari 15, 2007

HIDUP DAN CINTA

Cinta adalah anugerah Allah kepada manusia. Dengan cinta dunia menjadi serba menarik, tapi ternyata juga dibutuhkan perjuangan tak semudah yang kita kira.
Setelah kemarin gagal untuk mendapatkan seorang gadis, prosesnya pun begitu lama harus saya lalui dengan berbagai lika-liku yang penuh kasih, penuh emosi, rasa, campur aduk menjadi satu, pengorbanan, harapan, penerimaan, dan segala macamnya tapi karena mungkin Allah belum berikan kepada kita akhirnya kandas juga.
Untuk yang kedua inipun tidak semulus yang saya kira, padahal seperti yang saya dengar dari kawan-kawan, rekan, saudara yang telah mengalaminya tak gampang dilalui. Saya mencoba mencari lewat saudara dari jalur anak PKS yang biasanya gampang apabila secara syari kita telah memenuhi syarat gampang mendapat jodohnya.
Untuk ketemu saja kita harus melalui jalur murabbinya itu sudah kulalui, untuk ketemu anaknya di rumah murabbinya pun sudah kulalui, bio data sudah kita berikan 1 bulan sebelumnya untuk dipelajari. Nomor hp pun diberikan atas izin sang calon perempuan, akhirnya proses taarufpun selanjutnya lewat sms. Hampir 2 minggu kulalui dan dengan berbagai pertimbangan khususnya secara agama saya pandang bagus, untuk komitmen yang saya tetapkan kemandirian, bebas ikatan dari siapapun termasuk ortu, saudara maupun yang lain dia sudah sanggupi, tapi ternyata dari keputusan dia tidak bisa mengambil sendiri. Dianya tidak berani mengambil keputusan sendiri seperti yang aku kira, masih harus mendapat persetujuan orang tuanya. Aku coba call dengan minta izin kepadanya tetapi beberapa kali tidak berhasil, karena lewat sms ternyata seringkali salah persepsi, dan mengacaukan pikiranku.
Aku bahkan kurang tidur berhari-hari, ketika mau ketemu anaknyapun padahal belum ketemuan tidak bisa tidur semalaman, dan ketika hari saya memutuskan majupun tidak bisa tidur lagi. Keresahan, kegundahan, segala rasa yang tidak enak tidak bisa bikin tidur. Seperti mau skripsi saja. Padahal dengan calon yang dulu saja, kulalui dengan santai tanpa ada kejadian-kejadian begini.
Kuberikan pertimbangan kepadanya apabila orang tua tidak setuju saya akan mengundurkan diri, karena prinsip saya menjalin suatu ikatan perkawinan tidak hanya menyatukan 2 calon mempelai saja, tetapi juga harus menyatukan 2 keluarga. Dan kuberikan juga peringatan bahwa ridlo Allah tergantung juga pada ridlo orang tua. Orang tualah yang membesarkan, mendidik, dan memberikan segala macam apa yang kita minta ataupun tidak minta, dengan susah payah, segala upaya, bahkan dengan cara apapun ia akan memenuhinya. Janganlah mengecewakan orang tua, dosa rasanya apabila membuat sakit hati orang tua, ini sudah saya rasakan sendiri dari pengalaman saya, setelah Bapak wafat, sandaran ibu untuk mengarungi kehidupan menjadi goyah, walaupun tinggal beberapa anak saja yang menjadi tanggungan tetap saja ada sesuatu yang menjadi cobaan. Ibu sering curhat tentang saudara-saudara kita yang walaupun harusnya sudah lepas dari tanggungan orang tua tetap saja ibu memperhatikan mereka.

Jumat, Januari 12, 2007

WANITA DAN KEKAYAAN

Islam: “Aku telah meninjau syurga dan aku dapati kebanyakan penghuninya ialah kaum miskin, dan aku juga meninjau neraka dan aku dapati kebanyakannya penghuninya ialah kaum wanita .” Diriwayatkan oleh al-Bukhari.

Orang-orang yang menyimpan emas dan perak, sedangkan mereka tidak membelanjakannya ke jalan Allah, maka sampaikan berita kepada mereka bahawa mereka akan mendapat keseksaan yang pedih .” At-Taubat ( 34 )

Dan belanjakan harta bendamu pada jalan Allah dan janganlah kamu campakkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, berbuatlah kebaikan kerana Allah amat menyayangi orang-orang yang berbuat kebaikan.” Al-Baqarah ( 195 )

Dari Abi Hurairah r.a Nabi Muhammad s.a.w telah bersabda : orang-orang Islam yang miskin dapat memasuki syurga sebelum orang-orang kaya terdahulu selama setengah hari ( waktu akhirat ) bersamaan 500 tahun ( waktu dunia ). “

” Aku tidak tinggal selepasku ujian lebih bahaya kepada lelaki melainkan wanita.”

Muttafaqa ‘ Alaih

” Telah dijadikan kesukaan pada manusia menyintai berbagai-bagai nafsu keinginan iaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari emas sawah dan ladang. Itulah kenikmatan hidup di dunia, sedangkan di sisi Allah pula terdapat syurga tempat kembali yang amat indah “
Al - ‘Im ran ( 14 )

SIKAP DAN KULTUR HIDUP MANUSIA

Pertama, budaya feodal lawan budaya egaliter.
Budaya feodalisme yang menghambat kemajuan harus dilawan dengan sikap dan kesadaran budaya egaliter. Sikap egaliter menempatkan manusia pada posisi setara, tanpa memandang status yang diperoleh karena keturunan, kekayaan, jabatan, pendidikan, suku, ras, atau agama. Sikap hidup yang memandang semua orang sama akan menjadi budaya pendukung nilai-nilai demokrasi dan semangat masyarakat madani. Kita harus mengembangkan pendidikan budaya sejak dini kepada anak-anak agar tumbuh sikap budaya egaliter yang menghargai sesama manusia.

Kedua, budaya instan lawan budaya kerja keras.
Budaya instan yang mengganggap bahwa bahagia, kekayaan, sukses, dan prestasi bisa diraih seperti membalik telapak tangan, juga harus dilawan dengan budaya yang memandang bahwa semua itu harus diraih dengan keringat dan air mata. Budaya-budaya yang menggampangkan penyelesaian persoalan dengan cara potong kompas dalam kehidupan sehari-hari mesti dilawan dengan cara-cara yang lebih beradab. Prestasi yang diraih dengan kerja keras harus diberi penghargaan secara layak dan harus diciptakan mekanisme penilaian untuk orang-orang yang meraih prestasi dengan kerja keras. Kita harus menanamkan pendidikan budaya yang memberi pengertian kepada anak-anak agar korupsi, perilaku tidak jujur, komersialisasi jabatan, sampai jual beli gelar aspal, plagiat, atau mencontek adalah contoh budaya instan yang tidak layak diberi tempat dalam masyarakat. Karena kita hanya menghargai orang yang bekerja keras.

Ketiga, budaya kulit lawan budaya isi.
Budaya kulit atau tampilan luar dalam kehidupan memang penting. Untuk menjaga citra diri atau image seseorang, banyak cara yang bisa ditempuh. Ada orang yang memamerkan kekayaan, ada yang menunjukkan kepintaran, ada juga yang unjuk kekuatan dan kekuasaan. Show kemewahan sudah menjadi bagian dari gaya hidup kaum aristokrat sejak dulu. Sekarang banyak orang kaya baru (OKB) yang tidak malu-malu menunjukkan dirinya kaya dan saleh. Untuk itu, orang menggunakan simbol-simbol kesuksesan dan kesalehan dengan berbagai cara. Persoalan muncul kalau orang biasa memakai topeng kulit seperti itu. Pasalnya iklan dan sinetron tak hentinya mengajarkan bahwa budaya kulit lebih hebat dari budaya isi.
Kita ingin menanamkan kepada anak-anak sejak dini bahwa budaya isi, substansi jauh lebih penting dari budaya kulit. Bukan kita iri atau cemburu dengan orang sukses dan kaya. Bukan! Kita ingin agar kekayaan dan kesuksesan mereka lebih bermakna bagi kehidupan banyak orang. Kita merindukan kesejahteraan yang lebih merata. Kita ingin mengetuk kesadaran orang yang gandrung budaya kulit agar mulai menyelami budaya isi, untuk menyelami hakikat kehidupan itu sendiri.

Keempat, budaya penampilan lawan budaya hidup sederhana.
Budaya penampilan, asal kelihatan keren, kece, dan hebat, juga menjadi bagian dari kehidupan kita. Tak banyak orang sekarang yang mau dan berani tampil lebih sederhana dari penghasilannya. Bahkan tak jarang orang sudah menghabiskan penghasilannya sebelum penghasilan itu menjadi haknya. Kita menyebut budaya kredit dan budaya utang kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup kita bahkan sudah menjadi darah daging dan daya hidup pemerintah kita (ingat utang luar negeri!).
Kita akan sulit atau mungkin terasing di tengah-tengah tetangga, keluarga atau kolega kalau kita berpenampilan sederhana. Kebersahajaan --sebagai pilihan sikap dan gaya hidup alternatif-- menjadi barang langka atau bahkan semacam kemewahan tak terjangkau di tengah hutan lebat gemerlap gaya hidup. Di kantor, pakaian Anda yang dinilai tidak modis dan stylist akan dikomentari, "Masak dari dulu hanya pakai yang itu-itu." Kamu tidak akan kelihatan sukses dan membanggakan keluarga kalau kamu tidak mengenderai kendaraan terkini. Kamu akan lebih keren kalau kamu memakai HP keluaran mutakhir, model anu dengan penampilan gress. Ongkos penampilanmu akan terus menyedot sakumu.
Setiap hari anak-anak kita dikhotbahi oleh pesan-pesan iklan dan sinetron padat gaya hidup agar mereka memuja budaya penampilan. Di masa depan kita ingin agar anak-anak kita menjadi lebih sederhana dari kita, sekalipun kita tetap berusaha agar mereka jauh lebih sukses dan bahagia dari kita.

Kelima, budaya boros lawan budaya hemat.
Budaya kulit atau budaya penampilan jelas telah menjadikan budaya boros begitu telanjang di pelupuk mata. Kita jarang berpikir jangan-jangan perilaku dan gaya hidup serbaboros sudah mendarah daging dalam kehidupan kita. Cobalah simak di kantor, di jalan, atau di rumah kita. Bagaimana kita menggunakan listrik, air, atau pulsa telefon (khususnya HP). Kalau dulu orang tua memberi anak uang bisa ditabung atau dibelikan emas. Sekarang begitu banyak orang tua yang menganggarkan uang pulsa bulanan buat si buah hatinya. Di zaman teknologi komunikasi serbacanggih, budaya ngerumpi dan omongan remeh-temeh bisa menghamburkan uang ratusan ribu bahkan jutaan perbulan.
Mulai sekarang kita harus menanamkan kesadaran di kalangan anak muda bahwa budaya hemat adalah bagian dari perilaku hidup sehat dan beradab yang harus dikembangkan. Kepada generasi muda, misalnya, perlu kita sebarkan ungkapan, "Save water and electricity!" atau "Hemat air dan listrik demi generasi mendatang!". Bila perlu harus kita pasang di pintu-pintu rumah kita. Kita harus berpikir bahwa masih banyak orang yang belum memperoleh penerangan yang layak dan air bersih yang wajar sebagaimana yang kita nikmati. Masih banyak bencana kekeringan dan kelaparan yang menyebabkan nestapa kemanusiaan. Kita ingin budaya hidup hemat menjadi pesan kemanusiaan yang bermakna bagi generasi mendatang. Seruan lirih Mahatma Gandhi terdengar pas, "Earth provides enough for everyone's need, but not for everyman's greed."

Keenam, budaya apati lawan budaya empati.
Dengan kesadaran demikian pula kita ingin membuat sikap masa bodoh atau apati yang membuat kita menutup mata terhadap persoalan di sekitar kita segera diganti oleh tumbuhnya generasi yang berkesadaran empatik. Budaya empatik menumbuhkan kepedulian dan kesadaran untuk mendengar terhadap keluhan orang lain atau penderitaan sesama. Generasi empatik adalah generasi yang bisa hidup dalam semangat untuk memberi kepada yang tidak mampu dan menyuarakan persoalan publik serta membebaskan yang tertindas. Kita ingin menumbuhkan budaya empati justru di tengah-tengah sikap masa bodoh atau ketidakpedulian yang sering mewarnai budaya kita sehari-hari.

Ketujuh, budaya konsumtif lawan budaya produktif.
Budaya yang hanya bisa memakai, menghabiskan waktu dan uang yang tak bermanfaat, harus dilawan dengan budaya yang lebih memberikan hal-hal yang bermanfaat dalam kehidupan. Kalau sekarang kita hanya menjadi masyarakat pemakai (pemakai barang produk luar negeri, konsumen pemikiran, dan gaya hidup asing), di masa depan konstruksi budaya yang paling berat dan krusial adalah bagaimana membuat bangsa ini menjadi bangsa yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan dan kemanusiaan. Tantangan pendidikan kita adalah bagaimana menjadikan generasi konsumtif berubah menjadi generasi produktif. Generasi yang tidak hanya menjadi pengguna atau konsumen, tapi menjadi produsen bagi bangsanya bahkan bagi luar negeri. Ini tidak boleh tidak memerlukan semacam revolusi kesadaran yang menuntut pendidikan sumber daya manusia yang sistematis dan terprogram.

Kedelapan, budaya bersih lawan budaya sampah.
Sampah akan menjadi persoalan urban yang pelik kalau kita tidak mencari solusi yang lebih terpadu dalam pembangunan dan penataan kota di masa depan. Kita sekarang hidup dalam "masyarakat serba membuang"; beli, pakai sekali, setelah itu buang. Untuk itu kita harus menanamkan budaya bersih sejak dini dalam lingkungan keluarga, tetangga, masyarakat luas, terutama di pasar dan pertokoan, perkantoran, terminal, stasiun, pelabuhan dan lapangan terbang, jalan-jalan dan fasilitas umum harus memperhatikan masalah penanganan sampah secara serius. Budaya membuang sampah sembarangan harus mendapatkan ganjaran yang keras kalau perlu jerat hukum. Dan, kebiasaan membuang sampah pada tempat yang disediakan secara khusus sudah harus ditanamkan sejak dini hingga di masa kanak-kanak, di ruang keluarga Indonesia. Ingatlah sampah akan menjadi ancaman serius karena bukankah setiap orang menghasilkan sampah?

Kesembilan, budaya antre lawan budaya terabas.
Kebiasaan antre juga harus dikampanyekan dan dimasyarakatkan di tempat-tempat milik publik. Kita harus menjadi bangsa yang beradab, jangan asal terabas. Budaya terabas menyebabkan munculnya korupsi dan membuat kita tidak sabaran di jalan. Budaya antre menghargai keteraturan yang tidak dipaksakan, tapi tumbuh dari kesadaran penghargaan terhadap orang lain. Kita hanya mendahulukan orang tua, orang sakit, atau orang hamil. Kita harus mempraktikkan kepada anak-anak sejak dini tentang pentingnya budaya antre dalam masyarakat sibuk seperti sekarang ini.

Kesepuluh, budaya kompetisi lawan budaya kerja sama.
Kita perlu berkompetisi, asal kompetisi itu sehat dan fair, karena kita ingin yang terbaiklah yang muncul sebagai pemimpin atau pemenang. Kita harus menanamkan budaya menerima kekalahan secara fair dan menghargai prestasi orang lain agar kehidupan berjalan sehat. Ini baik dalam pendidikan, juga dalam demokrasi. Kalau kita sulit membangun budaya kompetisi, kita harus mulai berpikir bagaimana membangun budaya kerja sama. Kita sudah lama larut dalam klik-klik kepentingan picik golongan, bahkan kita sudah jauh masuk dalam keretakan kehidupan kebangsaan, dan melemahnya kohesivitas sosial. Kita ingin budaya kerja sama hidup kembali di kalangan anak-anak muda dan generasi yang akan datang. Bukankah persoalan kemanusiaan dan kebangsaan yang pelik hanya bisa dipecahkan bersama. Kita hanya bisa menghilangkan sikap individualis, egoistik, dan merasa benar sendiri, bila kita terbiasa bekerja sama, karena kita akan semakin rendah hati menerima berbagai kemungkinan dari orang lain yang berbeda dari kita.

ASKETISME, EGALITER, UNITY

Asketisme yaitu sikap yang menolak diri dan menjauhi kesenangan duniawi yang penuh tipu daya dan melenakan. Dunia memang perlu tapi secukupnya saja, yang penting bisa makan, minum, berpakaian, berteduh karena hidup di dunia ibarat mampir ngombe (minum) yang segera akan kita tinggalkan menuju hidup yang selanjutnya di akhirat kiranya yang disediakan bagi hamba yang sholeh mau hidup sederhana, mensyukuri apa yang diberikan ALlah kepada kita, berapapun yang diberikan dengan segala usaha sekuat tenaga kita.
Egaliter yaitu mengakui persamaan derajat bahwa manusia adalah sama derajatnya di mata Allah yang membedakan hanyalah ketaqwaannya. Sikap egaliter menempatkan manusia pada posisi setara, tanpa memandang status yang diperoleh karena keturunan, kekayaan, jabatan, pendidikan, suku, ras, atau agama
Unity yaitu kesatuan bahwa pada dasarnya manusia menuju pada penyatuan diri, menuju harmonisasi, bukan mencari permusuhan, atau peperangan dan pertempuran yang selalu menumpahkan darah ke bumi.

MINGGU YANG MELELAHKAN

Sudah lama gak ngeblog akhirnya kangen juga, tangan gatel karena lama gak nulis
Walaupun udah di depan komputer untuk main internet males untuk searching, browsing, cari sesuatu yang baru otomatis berhenti sama sekali.
Akhir Desember 2006 dan awal Januari ini begitu bejibun Proyek-proyek dan laporan-laporan yang harus diselesaikan. Ditambah lagi adanya perubahan perpajakan PPN sehingga harus berubah di penomoran pajak. Akibatnya karena NPWP ada 2 harus ada penyesuaian dan perlu konsultasi ke KPP.
Awal Januari Kasirku izin sampai seminggu maka aku harus handle pekerjaan keuangan dari ngasirin uang, cek giro, tagihan, payment pajak dan lagi ditambah urusan Proyek Telkomsel Kupang yang cukup merepotkan, ditambah lagi Proyek Telkomsel Kalimantan Barat.
Untuk kedepan juga ada persiapan Proyek Telkomsel Maluku dan Jayapura.
Kemarin juga sudah turun kerjaan Waskita untuk Proyek Water Palace di Surabaya yang rencananya butuh dana yang banyak sedangkan dana kita sudah habis untuk Proyek Telkomsel Kupang dan Pontianak, perkiraan mobil yang dibutuhkan sekitar 32 mobil intercoller.
Perkiraan sampai bulan Februari pekerjaan akan penuh dan membutuhkan banyak energi dan pikiran.
Kemarin habis pulang dari rumah untuk ikutan lebaran haji sekaligus silaturahmi dengan teman-teman lama, kawan kampung, masjid gotong royong sembelih 8 sapi dan 35 ekor kambing yang sebagian diberikan ke daerah yang kurang mampu. Alhamdulillah joinan sama adik dapet 2 kambing untuk masjid 2 dan untuk pengajian ibu-ibu malem jum'at 1. Di rumah temenin ibu yang curhat tentang permasalahan2 yang ada di rumah soal adik, soal kakak ipar yang suka bikin ulah di keluarga kami.
Adik ipar barusan juga lahiran anak yang kedua perempuan lagi dan saya sempatkan ke Salatiga. Rencana sebelum mau pulang sekalin nyamperin kenalan adik yang mau ditemuin ternyata ada kendala juga, adik malah pergi ke Cilacap sedang murobbinya sakit keras. Akhirnya aku maju sendiri agar renana semula tidak gagal, malam2 habis maghrib ku datangi rumah murabbinya hujan turun deras, akhirnya mampir ke masjid sholat Isya' ketemu bapaknya murabbi dan sampai juga di rumahnya. Ngobrol banyak dengannya tanya gimana harusnya dan jelasnya anak yang pingin ketemu ini. Dan saya minta waktu besok harinya agar dikasih waktu, kalo nggak bisa yang sudah kali tidak jodohnya. Saya udah dapat sinyal dari murabbinya anak ini sebelumnya sudah mau dijodohin sama orang tuanya. Dia keturunan anak orang kaya punya toko 2, dan sinyalnya akan sulit untuk ditembus dari sisi orang tuanya dan prediksi 50% - 50%.
Kuyakinkan diri saja maju saja, walaupun semalaman aku tidak bisa tidur, karena apa yang sebenarnya terjadi di dunia ini. Ada pergeseran nilai-nilai dimana perempuan karena mereka mampu secara materi atau dari sisi pekerjaan mereka mampu menghidupi diri sendiri. Semalaman konsep-konsep hidup berkecamuk di pikiran saya ingin mencari apa sih yang agama ajarkan kepada manusia. Bolehkah wanita bekerja, bagaimana sih tanggung jawab suami dan istri, dan itu semua harus saya cari sampai ketemu, malam itu aku gerilya cari buku-buku literatur punya almarhum bapak, punya kakak, buku koleksiku, Qur'an terjemahan kucari sampai dapat dan kutemukan literatur yang menyatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin keluarga, yang melindungi, memimpin, dan harus bertanggung jawab atas keluarga yang ditanggungnya. Diapun wajib memberi nafkah kepada keluarga semampu dia, sedangkan perempuan harus mentaati suami, dia boleh bekerja dengan ijin suami. Wanita pada dasarnya haknya sama dengan laki-laki tetapi ketika dia sudah menjadi istri dia harus taat dan patuh pada suami, bahwa pekerjaan itu jangan sampai mengganggu tanggung jawabnya terhadap keluarga, jangan sampai dia tidak taat kepada suami karena mungkin jabatan, gaji, atau apanya yang lebih dari suami.
Pengalamanku dengan calon yang kemarin kandas karena egonya terlalu tinggi tidak mau ikuti aku, mungkin karena kekhawatiran bila aku tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup yang semakin mahal saja, akankah karena dunia yang serba sekarang diatur oleh industrialis, kapitalis ini kita mau ikuti saja apa yang mereka mau. Wanita harus ikuti jam yang menjadikan mereka tunduk pada suatu industri, perubahan jaman.
Dana dari info murabbi untuk yang kedua ini yg ditakutkan adalah juga begitu karena punya materi yang cukup dengan dua buah toko yang mencukupi dan mungkin tidak bisa ditinggalkan begitu saja, menjadi bayangan yang begitu menghantui pikiran. Dunia memang berubah sedangkan aturan agama sebagai tuntutan adalah tetap, dan apabila kita mau melaksanakannya insya Allah akan menjadikan kita hidup dalam ridlo Ilahi.
Mencari ilmu itu wajib, tapi mencari nafkah itu adalah kewajiban seorang suami bagaimanapun dia harus sekuat tenaga mencukupi apa yang diperlukan oleh keluarganya. Manusia memang penuh rasa takut dan lapar (minal khaufi wal juu'i).
Akankah materi, jabatan, anak yang menjadi amanat Allah kepada kita kemudian melupakan cinta kita kepada-Nya.
Materi, jabatan, anak apabila dipergunakan sesuai dengan aturan Allah maka mereka akan menjadi kebahagiaan kita baik di dunia maupun akhirat menjadi ladang amal kita yang tidak putus dengan amal jariyahnya, dengan doa anak yang sholeh yang tak akan terputus dan ilmu yang berguna yang kita tularkan kepada anak keturunan kita. Dan bisa juga menjadi fitnah apabila kita tak mampu mengelola yang menjadi neraka, keterpurukan, kesengsaraan hidup kita di dunia bahkan di akhirat karena harta bisa menjerumuskan, anak bisa merongrong kita, jabatan bisa menyebabkan kita masuk ke dalam neraka.
Semalam itu juga kubaca semua buku dan sebelum tidur ku sholat tahajud dulu untuk memantapkan hati bahwa semua ada yang mengatur hidup ini. Rejeki, jodoh, umur ada ditangan Allah manusia hanya bisa berusaha dan Allahlah yang menentukan.
Dan kutemui juga akhirnya anak ini selasa siang setelah ku cari tiket untuk persiapan sorenya pulang. Pagi janjian sama temen pingin makan siang bareng ternyata tidak kesampaian.
Jam 2 siang di rumah murabbinya akhirnya ketemu juga dengan Mbak Wiwin namanya. Anaknya kecil tapi wajahnya lumayan, kuajak ngobrol diskus ingin kuketahui karakter anak ini
ternyata dia mau melepaskan egonya ketika kuungkapkan bahwa laki-laki adalah berkewajiban mencari nafkah, dan istri berkewajiban mentaati suami dan boleh bekerja beraktivitas dengan izin suami. Kemandirian sekali lagi kutekankan, karena dengan mandiri kita tidak akan tergantung dengan siapapun, lepas dari orang tua, dari keluarga, untuk membentuk keluarga baru yang bebas dari intervensi pihak manapun. Keputusan berada antara suami dan istri yang telah membikin ikatan. Dia meyakinkan bahwa dia mandiri, aktif, dan tidak mau egois, ingin melaksanakan ajaran agama yang diyakininya. It's right tidak mengapa. Inisiatif bertanya yang kurang dari dia membuatku keki, dan serba salah aku harus bagaimana. Tapi tidak mengapa manusia memang tidak sempurna seperti yang kita idealiskan seperti yang kita pikirkan. Semua manusia memiliki kelebihan dan kekurangan.