Mungkin kami inilah generasi2 REMAS yg gagal :
1. Gagal membangun komunikasi dengan para orang tua khususnya dengan para Takmir Masjid yg terjadi karena ego2 kami sebagai pemuda yg mungkin terlalu semangat sehingga yg terjadi adalah konfrontasi dg mereka. Tujuan kami hanyalah meluruskan yg kurang benar, tetapi mungkin cara kami yang kurang bijak sehingga program2 kami tidak bisa terlaksana dengan sukses.
Sebenarnya tujuan pemuda dan orang tua adalah sama2 untuk memakmurkan masjid, mungkin saja tujuan yg kurang dilandasi niat yg ikhlas dan saling menang sendiri akhirnya malah buyar semua.
2. Pengkaderan generasi penerus yg kurang sukses, hal ini dimungkinkan program pengkaderan yang terlalu konvensional dan tidak menarik bagi anak-anak muda dibawah kami, kurang sesuai perkembangan dan kurang modern. Istilahe ketinggalan jaman gitu, generasi muda yang diganggu dengan serangan dari luar dengan musik, dengan gaya hidup, pola pikir, lingkungan, tingkat perekonomian dsb.
Walau beberapa kegiatan sudah dilaksanakan tapi kok minat mereka kurang terhadap kegiatan terutama yg ada masalah keilmuannya, tapi untuk urusan kegiatan yg istilahnya memerlukan tenaga masih bisa diterima, tetapi tentunya untuk menanamkan pola pikir dan keseharian yang lebih beragama belum bisa mengena. Kegiatan rutin kajian tafsir, tematik, peringatan hari besar, buka bersama, pengajian anak2 bakda maghrib itu-itu saja walaupun hal itu lumayan.
Generasi penerus semakin sedikit saja, pada level anak TK, SD bisa dipegang, ketika SMP, SMA karena banyaknya pengaruh merokok, nongkrong, minum2an keras atau lain banyak yg lepas kurang bisa tertangani. Program beasiswa pendidikan , pengembangan ZIS, pembekalan kerja dengan diklat2 atau pelatihan, les2 pelajaran umum dan banyak program lainnya yang belum bisa tergarap dan terlupakan. Persoalan teologis, cara, ego yg membutakan, sedang sektor2 tersebut yang riil terlepas dari kami.
Untuk meneruskan pengajian2 rutin hanya beberapa anak muda yg bisa diandalkan dan kebanyakan anak2 perempuan yg sampai sekarang masih istiqomah terhadap anak binaan, dan alhamdulillah adik yg bontot yg dulu susah diajak ke masjid, susah diajak ngaji, TPA sekarang mau bina anak2 di masjid dan di karang taruna.
3. Kerjasama dengan pihak luar untuk lebih up to date cara-cara dakwah kurang bisa terjalin, misal dengan anak-anak KAMMI, dg PMII, dengan HMI walaupun berada dalam satu area tetapi belum ada program yg terarah mau kemananya, hanya sekedar pengajian bersama sebagai suatu rutinitas dan melaksanakan program sendiri-sendiri dalam hal perubahan sikap, perilaku, pola pikir tidak bisa terbentuk. Ada program pengajian bersama paling cuma 1 tahun sekali, ada program donor darah cuma partisipasi. Sedangkan program riil yang dihadapi generasi muda dan masyarakat sekitar tidak ada, bagaimana membekali pemuda untuk menghadapi jaman yang terus berubah, bagaimana cara menghadapi persaingan kerja, masalah pendidikan, pengkaderan yg efektif tidak ada programnya.
Dari berbagai kegagalan tersebut generasi kami akhirnya karena tambahnya umur, perkawinan, pekerjaan, terpencar kemana-mana dengan hanya sedikit meninggalkan generasi penerus. Dari beberapa obrolan dengan teman2 REMAS yang lainpun ceritanya hampir mirip2 begitu, apakah ini karena kurang fightnya kita, banyaknya godaan, kurang istiqomah atau bagaimana.
Dan sekarang penyesalan baru kita rasakan di belakang karena kita seperti katak dalam tempurung dalam menghadapi semua persoalan itu, berjalan sendiri-sendiri, kurang komunikasi, kurang bergaul dengan dunia luar, merasa cukup. Semoga Allah tetapi menjaga generasi-generasi penerus untuk tetap berbuat kebajikan dan terus membina generasi di bawahnya dengan lebih tertata, terarah, terkoordinasi sehingga lebih efektif tercapai tujuan untuk kejayaan Islam dan mencari ridha-Nya.